IAIN Lhokseumawe Siap Beralih Status Jadi UIN Sultanah Nahrasiyah, Ditargetkan Awal Oktober
Gedung Biro Rektor IAIN Lhokseumawe (Dok IAIN Lhokseumawe) |
Lhokseumawe | Acehcorner.com – Perubahan status Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah kini tinggal menunggu diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres).
Rektor IAIN Lhokseumawe, Prof. Dr. Danial, mengungkapkan
bahwa naskah Perpres tersebut sudah berada di Kementerian Sekretariat Negara
(Kemensetneg) dan diharapkan dapat segera ditandatangani oleh Presiden Joko
Widodo.
“Minggu lalu kami cek, surat Perpres sudah berada di ruang
Kementerian Sekretariat Negara. Kami berharap awal Oktober ini Perpres tersebut
bisa segera ditandatangani oleh Presiden,” ujar Prof. Danial, Senin (30/9).
Prof. Danial menjelaskan, ada sejumlah persyaratan yang
harus dipenuhi untuk alih status dari IAIN menjadi UIN, seperti minimal
memiliki tiga fakultas. Namun, IAIN Lhokseumawe bahkan sudah memiliki empat
fakultas.
Selain itu, kampus juga telah memenuhi syarat lainnya
seperti lahan minimal 10 hektar, memiliki sekitar 50 PNS, 16 Lektor Kepala,
serta minimal empat program studi pascasarjana.
“Dari hasil asesmen, kami telah memenuhi semua persyaratan
yang dibutuhkan,” jelasnya.
Prof. Danial optimistis perubahan status ini dapat segera
terealisasi. Ia menyebutkan, dalam pertemuan awal tahun lalu antara Kementerian
Agama, Kementerian PANRB, dan para rektor se-Indonesia di Surabaya, ada harapan
besar agar proses ini bisa selesai pada Oktober tahun ini.
Pihaknya juga terus berupaya agar alih status ini bisa
terwujud sebelum masa jabatan Presiden Jokowi berakhir.
Pemilihan nama Universitas Islam Negeri Sultanah Nahrasiyah,
Prof. Danial mengungkapkan bahwa nama tersebut dipilih untuk memperkenalkan
peran penting Sultanah Nahrasiyah, tokoh perempuan yang pernah berkuasa di
Kesultanan Samudera Pasai.
“Beliau adalah ratu pertama di Asia Tenggara yang memiliki
pengaruh besar dalam dunia ekonomi dan politik. Kami ingin memperkenalkan tokoh
perempuan ini yang memainkan peran penting dalam sejarah Nusantara dan
memperlihatkan bahwa perempuan sudah memegang peran strategis sejak dahulu,”
ungkapnya.
Menurutnya, Sultanah Nahrasiyah juga menjadi simbol kuat
mengenai kesetaraan gender, yang sudah dipraktikkan sejak era kerajaan di
Samudera Pasai.
Danial mengatakan berdasarkan temuan sejarah, ada lebih dari
20 perempuan yang berperan penting dalam kerajaan tersebut.
“Kami ingin menunjukkan bahwa di Aceh dan Samudera Pasai,
peran perempuan tidak hanya diakui, tapi juga sangat dihormati. Inilah alasan
kami memilih nama Sultanah Nahrasiyah sebagai bentuk penghormatan terhadap
sejarah,”pungkasnya. (DA)
0 Komentar